Teknologi Infomasi dan Komunikasi (TIK) mengacu terhadap elektronik utuk memproses suatu kegiatan yang kontribusinya berpotensial berperan untuk mafaat ekonimo, sosial dan lingkungan sekitar. Informasi pertanian yaitu salah satu faktor terpenting dalam produksi pertanian yang dapat menndorong kearah pmbangunan yang diinginkan saat ini. Integrasi yang sangat efektif antara TIK dalam sektor perrtanian yaitu akan menuju keaah pertanian berkelanjutan yang dapat dilakukan dengan penyiapan informasi pertanian dengan waktu yang relevan, dapat memberikan informasi yang tepat kepada petani dalam pengambilan keputusan usahatani untuk meningkatkan produktivitasnya.
Informasi pemasaran, praktek pengelolaan ternak dan tanaman yang baru, penyakit dan hama tanaman / ternak, ketersediaan transportasi, informasi peluang pasar dan harga input maupun output pertanian sangatpenting untuk efisiensi produksi secara ekonomi (Maureen 2009). Dengan mengintegritaskan TIK dalam pembangunan pertanian berkelanjutan melalui para petani, secara berbeda satu sama lain, komunikasi dengan cara yang lebih baik dan megerjakan produksi dengan berbeda pula. Konsep berkelanjutan adalah konsep yang sederhana tetapi kompleks, sehingga dapat diartikan bahwa keberlanjutan sangat multi-dimensi dan multi-interprestasi. Konsep ini memiliki dua dimensi, seperti dimensi waktu karena adanya keberlanjutan akan menyangkut apa yang akan terjadi dikemudian hari.
Menurut Munasinghe (1993), pembangunan pertanian berkelanjutan mempunyai beberapa tujuan utama, yaitu : tujuan ekonomi (economic objective), tujuan ekologi (ecological objective) dan tujuan sosial (social objective). Dengan adanya tujuan utama pertanian berkelanjutan tersebut pada dasarnya terletak di harmonisasi antara tujuan ekonomi, ekologi dan sosial.
Tidak hanya pada teknologinya dan komunnikasi pertanian, diharapkan para petani ada keinginan untuk memajukan sektor pertanian ke pembangunan yang lebih baik lagi. Karena dari petani sendiri pun dapat mempengaruhi adanya pembangunan pertanian berkelanjutan ini. Adapun ciri-ciri petani berkelanjutan, yaitu :
1. Baik secara ekologi, maksudnya kualitas sumber daya alam yang dapat dipertahankan dan kemampuan agroekosistemnya secara keseluruhan dari manusia, hewan, tanaman sampai organisme tanah ditingkatkan.
2. Secara ekonomis, berarti petani dapat penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya.
3. Bersifat adil, yang sumber daya dan kekuasaannya didistribusikan sebaikmungkin sehingga keperluan dasar semuaa masyarakat dapat tercukupi.
4. Manusiawi, bahwa martabat semua makhluk hidup digargai dan bisa menggabungkan nilai kemanusiaan yang mendasar seperti adanya kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerjasama dan rasa kasih sayang.
5. Luwes, berarti masyarakat yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi usahataniyang berlangsung secara terus menerus, seperti populasi yang bertambah, kebijakan pemerintah dan permintaan pasar.
Teknologi informasi dan komunikasi dapat dilakukan untuk mendukung manejemen sumberdaya, pemasaran, penyuluhan dan mengurangi kerusakan pada peningkatan produksi pangan dan ancaman terhadap ketahanan pangan. Faktanya penggunaan internet cenderung sering dimanfaatkan khususnya untuk meningkatkan kapitalisme pendidikan secara pesonal maupun pengalaman internet yang digunakan.
Purbo (2002) beragumentasi bahwa pergeraakan golongan akar rumput (grassroots movements) mendorong perkembangan akses dan pemanfaatan internet di Indonesia. Melalui akses informasi digital dari internet, petani dapat mengenal teknologi budidaya paprika dalam rumah kaca. Melalui Unit Pelayanan Informasi Pertanian tingkat Desa-Progam Peningkatan Pendapatan Petani melalui inovasi (UPIPD-P4MI) yang diselenggarakan oleh Badan Litbag Pertanian, petani sekitar lokasi sudah memanfaatkan internetuntuk akses informasi dan promosi produk yang dihasilkannya.
TIK memiliki peran yang sangat penting disektor pertanian modern dan menjaga keberlanjutan petanian dan ketahanan pangan. Namun saat ini, untuk daerah-daaerah negara berkembang masih sangat banyak yang mengalami kendala dalam mengaplikasika pendukung pembangunan pertanian berkelanjutan ini. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh The International Society for Horticultural Sciences (ISHS) hambatan dalam pengaplikasian TIK oleh petani khusus seperti petani holtikultura, yaitu : keterbatasan kemampuan; kesenjangan saat pelatihan (training), kesadaran akan manfaat daari TIK, waktu dan juga biaya dari teknologi yaang digunakan, integrasi dan ketersediaan software.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar